Penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari semacam menjadi kebutuhan, dimana-mana belanjaannya pasti menggunakan plastik sebagai wadah sementara. Jika selesai masa pakai, tinggal dibuang di tempat sampah.
Secara global diperkirakan terdapat 80 % limbah plastik berasal dari darat, dan 20 persen sisanya dari laut (Plastic waste in the marine environment, 2016).
Jumlah plastik meningkat karena murah, ringan, serbaguna dan dapat dipakai dalam waktu yang lama. Dalam sektor pertanian plastik digunakan sebagai wadah media tanam yang dikenal dengan polybag, juga sebagai sarana mulsa dalam proses budidaya tanaman. Seiring berjalan waktu, plastik-plastik ini akan terbuang begitu saja dan mempengaruhi lingkungan.

Apa itu Mikroplastik ?
Jadi, plastik yang ada di lingkungan, selanjutnya akan hancur, meleleh, atau rusak oleh sebab proses abiotik misalnya radiasi sinar Ultra Violet (UV) dari matahari, juga karena temperatur yang tinggi.
Plastik-plastik tersebut kemudian terombak menjadi ukuran kecil, dan yang berukuran <5mm disebut mikroplastik (Degradation of plastics and plastic-degrading bacteria in cold marine habitats, Urbanek, 2018)
Mikroplastik sendiri jika ditinjau dari sumbernya dibagi menjadi primer dan sekunder, dimana untuk primer berasal dari industri produk-produk tertentu, sedangkan sekunder berasal dari palstik yang berukuran besar.

Bagaimana Mikroplastik Masuk ke Laut.?
Dalam hasil penelitian-penelitian terbaru, mikroplastik ini berdampak pada plankton yang adalah organisme laut dalam rantai makanan menduduki posisi terendah.
Hal ini karena plankton punya kemampuan filter feeder, menyaring dan membersihkan laut dari bahan pencemar. Sehingga yang namanya rantai, berarti ada semacam susunan atau lingkaran makan-memakan di situ, yang ujung-ujungnya sebagai manusia, kita mengalami yang namanya istilah bioakumulasi plastik dalam tubuh.
Ternyata tempat yang jarang bisa tersentuh manusia di bumi ini, malah disitu ditemukan plastik, seperti yang disampaikan oleh Barnes (Microplastics at sea around Antartica, 2010) berarti, penyebaran sampah plastik ini sangat masif dan progresif, bayangkan saja di laut Selatan bumi sana, bahkan di laut terdalampun ada plastik.

Sebenarnya penyebaran plastik di perairan dipengaruhi oleh ukuran. Contoh botol atau senar jaring nelayan, kalau sejenis ini tentu bisa terlihat sehingga dapat diambil. Bagaimana dengan tutup botol yang sedikit kecil.? banyak juga hewan laut seperti penyu yang tanpa sengaja memakan tutup botol plastik dan masuk dalam pencernaan sehingga tak jarang mereka mati akibat tersumbatnya saluran pencernaan.
Kedua contoh di atas tadi, mungkin masih bisa dilihat dengan mata ya, jadi gampang dibersihkan semisal kedapatan saat melaut, tapi bagaimana dengan yang mikroplastik atau nanoplastik.?
Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya bahwa, kalau di laut terdalam saja ada kandungan plastiknya, tidak menutup kemungkinan jika suatu saat air tanah juga ikut tercemar. Karena ukurannya yang sangat kecil membuatnya gampang ada di mana-mana. Bisa di air irigasi, di danau, sungai dan laut.

Bagaimana Mengatasi Penyebaran Mikroplastik.?
Penanganan masalah ini umumnya hanya pada tahapan pendeteksi. Dalam hasil-hasil penelitian tentang mikroplastik, metode seperti Optical microscopy, ATR-FTIR spectroscopy, NIR spectroscopy dan metode-metode lain banyak dikembangkan (Agnes, Kontaminasi Mikroplastik di Perairan Tawar, Researchgate, 2016). Namun sekali lagi metode-metode tersebut dikembangkan hanya pada pendeteksian saja, serta pengembangan metode-metode ini mungkin masih berskala laboratorium.
Sehingga cara yang orang awam dapat lakukan adalah menyadari bahwa penggunaan plastik berdampak negatif terhadap lingkungan, kemudian harapannya penggunaan plastik dapat dikurangi.
Lalu bagaimana kita menghindarkan diri dari mikroplastik.? Caroline de Lorenzo dalam tulisannya tentang How to Avoid Microplastics (2019), menjawabnya dengan beberapa cara seperti menyaring air keran dengan karbon atau arang tempurung kelapa. Hal ini karena untuk beberapa wilayah, air keran dapat berasal dari air yang telah diberi perlakuan, atau air daur ulang sehingga penting untuk menyaringnya karena kemungkinan terkontaminasi mikroplastik.
Selanjutnya adalah hindari penggunaan wadah plastik, sebab plastik membutuhkan waktu yang sangat lama untuk terurai, hal ini disebabkan mikroplastik yang ada jika wadah tersebut terbuang ke lingkungan, sehingga proses penguraian memakan waktu.
Selain itu cobalah menggunakan produk-produk yang tidak mengandung microbead. Microebeads umumnya adalah bagian terkecil dari plastik yang ditambahkan ke dalam produk-produk perawatan wajah.
Memang studi tentang penumpukan mikroplastik dan dampaknya terhadap manusia masih sedikit, tetapi mengingat penyebarannya tadi dalam rantai makanan di laut dan selanjutnya hewan laut dikonsumsi manusia, maukah jika semisalnya terjadi penumpukan mikroplastik dalam tubuh.?
Pada akhirnya plastik telah menyatu dengan kehidupan manusia, seakan-akan kita sudah nyaman, dan cinta terhadapnya sehingga tanpa sadar rasa nyaman, dan cinta itu menjadi bahaya untuk keberlangsungan hidup dan kelestarian lingkungan.
Yuk, sadar dan sayangi lingkungan demi masa depan generasi selanjutnya..