Perjalanan Panjang petani sawit dari dua puluh dua provinsi sawit menuju Jakarta akhirnya diakhiri di ruangan rapat Menteri Kemaritiman dan Investasi (Marves). Setelah sebelumnya diketahui APKASINDO (Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia) sudah terlebih dahulu berdiskusi dengan Ketua Dewan Pembina DPP APKASINDO, Jend TNI (Purn) Dr Moeldoko di Batam, dan hasil pertemuan Batam dilanjutkan rapat kordinasi lintas Kementerian di Kantor KSP (kantor staf Presiden) yang dihadiri oleh APKASINDO dan GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia). Perjalanan APKASINDO selanjutnya ke Kementerian Perdagangan, lalu ke Kementerian Pertanian dan BPDPKS (Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit) dan informasinya dalam waktu dekat APKASINDO akan menemuin Kementerian Keuangan dan Kementerian Kehutanan. Informasi yang didapat diketahui bahwa “rally” 22 perwakilan petani sawit dari 22 Provinsi ini akan dirangkum dan disampaikan langsung kepada Presiden Joko Widodo dalam waktu dekat.
Tampak wajah tegang dan lesu para petani Ketika memasuki Gedung Kementerian Koordinator Marves dibilangan jalan MH Thamrin (5/6), Jakarta Pusat. Kedatangan petani sawit tersebut untuk mengadukan nasib petani karena anjloknya harga sawit terkhusus tiga bulan terakhir dan masa depan para petani kedepannya.
Ketua Umum DPP Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO), Dr. Gulat ME Manurung, MP.,C.IMA didampingi Sekretaris Jenderal Dr cn Rino Afrino, ST.,MM, Ketika diminta keterangan setelah selesai melakukan pertemuan dengan Menteri MARVES, Luhut Binsar Panjaitan mengatakan bahwa pertemuan tersebut berlangsung selama 68 menit dengan suasana sangat familiar.
Hal yang sama juga dikatakan Siswanto petani sawit dari Sulawesi Tengah dan Dorteus Paiki dari Papua Barat. Paiki mengatakan bahwa awalnya kami sangat tegang, namun begitu Pak Luhut menyalami kami satu persatu dengan mendatangi kami satu persatu ke kursi kami menjadi awal pemecah ketegangan kami semua. Ya memang begitu, grogi melihat kumis Pak Luhut dengan kekekaran salaman tangannya, ujar Siswanto sambil tersenyum.
Gulat selanjutnya menjelaskan, bahwa semula kami berencana datang 22 orang perwakilan dari 22 Provinsi APKASINDO, namun karena aturan Protokoler dari Staf Pak Luhut, akhir hanya 10 orang yang diperkenankan masuk. Semua harus melalui proses antigen untuk memastikan kami semua sehat. Jadi teman-teman kami yang 12 Provinsi lagi terpaksa menunggu di hotel tempat kami menginap yang tidak jauh dari kantor Pak Luhut.
Pada pertemuan tersebut Gulat menjelaskan bahwa kami menyampaikan lima poin topik utama. Kami menunggu Pak Luhut di ruang rapat utama, karena di ruang rapat lainnya, Pak Luhut juga sedang melayani banyak tamu-tamu. Tepat jam 17.28 WIB Pak Luhut menemuin kami.
Point pertama yang saya sampaikan yaitu mengenai kondisi tragis petani sawit dari Aceh sampai Papua terkhusus sejak larangan ekspor diberlakukan 3 bulan lalu. Selanjutnya poin kedua yaitu harga TBS (tandan buah sawit) yang anjlok sampai 70%, terkhusus TBS Petani swadaya dan trakhir menyusul ambruk harga TBS Petani bermitra dan mengenai potongan timbangan TBS Petani di PKS. Kami juga melaporkan tentang terabaikannya 93% petani sawit dalam harga penetapan dinas perkebunan provinsi sawit dimana harga disbun tersebut hanya untuk 7% petani yang bermitra. Point ketiga yaitu mengenai usulan pendirian tiga pabrik kelapa sawit (PKS) di Kalimantan Barat, Banten dan Papua Barat yang sudah masuk ke Ditjenbun dan BPDPKS untuk administrasi rekomendasi teknis, serta pabrik minyak goreng di Morowali Sulawesi Tengah, Lampung, Papua Barat, Bengkulu, dan Riau. Kempat yaitu mengenai Tender CPO Harian di KPBN. Poin kelima yaitu mengenai melonjaknya harga pupuk.
Pak Luhut, setelah mendengarkan dan mencatat semua keluhan kami memberikan tanggapan. Pada awalnya kami diberi perwakilan 3 orang untuk menyampaikan “unek-unek” nya, namun akhirnya Pak Luhut mempersilahkan semua saja. “Saya mau mendengar dari kalian tentang apa yang terjadi dan bagaimana solusi menurut pendapat kalian”, ujar Gulat menirukan Bahasa Pak Luhut.
Pak Luhut sangat senang dan terbuka pada pertemuan tersebut dan sangat prihatin dengan kondisi harga TBS saat ini. Mengenai anjloknya harga TBS, Pak Luhut berjanji akan sesegera mungkin melakukan evaluasi dan sedang melihat secara rinci hubungan antara DMO (domestic market obligation), DPO (domestic price obligation) dan FO (flush out) terhadap harga TBS petani. Termasuk juga mengenai Pungutan Eksport (levy). Khusus untuk PE, sebagaimana simulasi yang pernah disampaikan oleh APKASINDO, menjadi masukan kepada saya, dan ini akan segera kita umumkan hasil evaluasinya. Pak Presiden sudah memerintahkan kepada saya supaya semua segera dibereskan dan harus mengedepankan kepentingan petani sawit sebagai pilar utamanya. Pak Luhut juga menyampaikan bahwa “baru kurang satu bulan ditugaskan Pak Presiden memberisi masalah ini”. Dan menurut kami petani, Pak Luhut sudah berlari menyelesaikan satu-persatu permasalahannya. Kami APKASINDO juga melihat urusan migor di Pulau Jawa dan Bali sudah selesai dibuat Pak Luhut, maka itu kami mendatangi Pak Luhut supaya masalah kami Petani juga bisa segera beres sama Pak Luhut dan kebetulan wewenang tersebut ditugaskan kepada Pak Luhut, semua masalah ini berawal dari migor. Karena kami 17 juta Petani sawit dan pekerja sawit meyakini harus “setegas” Pak Luhut yang bisa membantu dan menolong kami Petani sawit.
Pak Luhut mengatakan “Situasi harga minyak nabati dunia memang sudah berubah saat ini, terkhusus sebagai dampak dari perang Rusia-Ukraina, jadi kita harus “cerdik” karena memang situasi saat ini sangat fluktuatif” dan yang pasti Pak luhut mengatakan sebagai negara produsen CPO terbesar dunia, kita jangan mau diatur-atur oleh negara lain. Kami juga sedang mengevaluasi penerapan B30 saat ini, kalau sampai B50 sudah diuji pemakaiannya. Mungkin kita segera ke B35 atau B40 dan saya kira ini salah satu strategi kita untuk meningkatkan serapan CPO domestic. Jadi kebutuhan CPO untuk energi dan pangan akan kita jaga dan seimbangkan.
Pak Luhut juga menanggapi tentang proses tender CPO di KPBN. Pak Luhut mengatakan memang sangat banyak yang harus di evaluasi, termasuk yang di KPBN, kami akan segera melakukan apa yang kalian minta, siapa yang bermain disana akan saya libas dan sikat.
Potongan Timbangan TBS kalian di PKS-PKS, yang tadi saya dengar sampai 25% “ini keterlaluan sekali” kata Pak Luhut. Kalau sudah pelanggaran, Aparat Penegak Hukum (APH) harus segera turun, jangan tunggu-tunggu. Ini sudah merampok namanya. Apa dasar mereka melakukan itu? Ujar Luhut bertanya. “Maka itu saya sangat mendukung kalian petani sawit memiliki PKS, biar jangan suka-suka mereka kepada kalian” ujar Luhut dengan intonasi yang tinggi. Pak Luhut juga meminta Petani sawit supaya aktif memonitor mana-mana PKS yang melakukan potongan tersebut dan segera laporkan ke saya.
Pabrik Minyak Goreng juga begitu, jangan hanya perusahaan yang punya, koperasi-koperasi sawit, terkhusus yang sudah mengikuti program PSR (peremajaan sawit rakyat), harus segera berlari menuju ke hilirisasi, pokoknya saya dukung penuh dan saya akan bicara ke BPDP-KS supaya usulan kalian ini menjadi prioritas utama, termasuk subsidi pupuk dari dana sawit itu. Itu uang kalian, uang itu harus lebih banyak ke kalian petani swadaya, karena itulah hakekat didirikan BPDP-KS itu. “Ya tapi itu, jangan nanti pabrik nya sudah berdiri, lantas kalian-sama kalian berantam kemudian”. Jadi kalian harus belajar lebih jauh tentang bisnis model, manajemen pabrik, belajar pembukuan dan aspek teknis lainnya. Saya siapkan staf-staf saya (sambil menoleh tiga orang staf Pak Luhut yang mendampingi rapat) untuk mengajari dan membantu kalian. “Kalian harus sering-sering datang berdiskusi dengan saya, paling tidak sekali dua bulan, saya senang mendengar dari kalian langsung apa saja kendala kalian, sambil kita makan siang dikantor ini”, kata Luhut kepada kami.
Poin mengenai harga pupuk, terkhusus pupuk BUMN yang kami sampaikan ditanggapi Pak Luhut dengan mengatakan “bahwa segera kita audit berapa biaya produksinya” pokoknya terus lah kalian laporkan ke saya apapun yang menurut kalian patut dilaporkan dengan cara seperti ini, saya langsung audit, saya gak ada urusan, kalian petani harus dilindungi, gak boleh lagi kejadian seperti ini kedepannya, kata Luhut saat itu.
Mengenai ekspor yang masih belum lancar, itu memang terjadi kata Pak Luhut, kendala utama saat ini adalah di kapal tanker, dan saya amati kapal-kapal tangker sudah mulai berdatangan dan perkiraan saya pertengah bulan Juli ini sudah beres. Pokoknya semua kita beresi, sudah terlampau lama tatakelola industri sawit dari hulu sampai ke hilir terbiarkan selama ini, semua harus segera kita rapikan satu persatu. Jadi nantinya semua sudah sistem digital memonitor industri sawit Indonesia, biar transparan semuanya.
Diakhir pertemuan tersebut Pak Luhut mengatakan bahwa Petani sawit harus satu perahu dengan Pemerintah, Pemerintah pasti berada di pihak kalian Petani sawit. Jadi percayalah bahwa Presiden sangat memperhatikan petani sawit dan ini semua sedang dibereskan mana-mana saja yang belum beres, memang butuh waktu dan secepatnya.
Setelah pertemuan dengan Pak Luhut tersebut, kami APKASINDO langsung mengadakan pertemuan. Kami membahas satu persatu point-point diskusi dari pertemuan di KSP, Kemendag, Kementan, BPDPKS sampai pertemuan di Kementerian Marves. Dan ini akan kami laporkan ke Dewan Pembina, Dewan Penasehat dan Dewan Pakar DPP APKASINDO.
Penulis adalah Ketua Umum DPP APKASINDO